Turun Berat Badan Bisa Atasi Sleep Apnea, Mitos atau Fakta?

Pada tahun 2021, salah satu  komika paling populer di Indonesia, Pandji Pragiwaksono, melalui akun media sosialnya mengumumkan bahwa ia berhasil menurunkan berat badannya sampai 16 kilogram dari 96 kilogram. Setelah berhasil menurunkan berat badannya, ia mengaku tubuhnya menjadi merasa lebih segar dan lebih sehat.

Selain itu, Pandji juga mengatakan bahwa ada cukup banyak masalah kesehatan yang membaik setelah berat badannya menurun, termasuk sleep apnea yang sebelumnya ia idap. Lalu, benarkah menurunkan berat badan bisa membantu mengatasi sleep apnea? Berikut informasi selengkapnya.

Mengenal Sleep Apnea

Sleep apnea merupakan gangguan tidur serius yang terjadi saat pernapasan seseorang terhenti ketika tidur. Mereka yang mengidap sleep apnea bisa berhenti bernapas berulang kali selama tidur. Ada tiga jenis sleep apnea, yaitu obstruktif, sentral, dan mixed (gabungan keduanya). Dari tiga jenis sleep apnea tersebut, apnea tidur obstruktif atau obstructive sleep apnea (OSA) adalah jenis apnea tidur yang paling umum terjadi. 

Pada OSA, saluran napas akan menyempit dan berulang kali tersumbat menyebabkan udara tidak dapat masuk. Kondisi ini bisa terjadi karena otot-otot di bagian atas tenggorokan terlalu rileks, sehingga lidah jatuh dan menyumbat saluran napas saat penderitanya tertidur. 

Sementara pada apnea tidur sentral, jalan napas tidak tersumbat namun otak gagal memberi sinyal pada otot untuk bernapas. Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya disfungsi pada sistem saraf pusat, contohnya pada mereka yang baru mengalami stroke.

Lalu untuk mixed sleep apnea, adalah gabungan dari apnea tidur obstruktif dan apnea tidur sentral. Kondisi ini terjadi saat gejala OSA dan CSA terjadi bergantian saat penderitanya tertidur.

Kaitan Berat Badan dan Sleep Apnea

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep apnea, salah satunya adalah kelebihan berat badan atau biasa disebut dengan obesitas. Kelebihan berat badan bisa meningkatkan resiko seseorang terkena sleep apnea karena mereka yang obesitas memiliki timbunan lemak di leher yang disebut lemak faring. 

Mengingat kembali penjelasan penyebab obstruktif sleep apnea diatas, saat otot-otot tenggorokan mulai rileks, lemak faring bisa ikut mempersempit dan menyumbat saluran napas ketika tidur. Itulah sebabnya mereka yang menderita sleep apnea umumnya akan mendengkur dengan keras, karena udara akan terjepit melalui saluran udara yang sangat sempit.

Tidak hanya itu, lingkar perut yang bertambah karena kelebihan lemak juga bisa menekan dinding dada seseorang, sehingga menurunkan volume paru-paru. Kapasitas paru-paru yang berkurang ini akan mengurangi aliran udara yang menyebabkan saluran udara bagian atas lebih berisiko kolaps ketika tidur. 

Risiko OSA bisa terus meningkat seiring meningkatnya indeks massa tubuh (BMI). Bahkan 10% kenaikan berat badan berhubungan dengan peningkatan 6 kali lipat risiko OSA.

 

Turunkan Berat Badan Bisa Bantu Atasi Sleep Apnea

Tidak jauh beda dengan banyak penyakit lainnya, perubahan gaya hidup juga bisa membantu mengatasi sleep apnea. Bagi pengidap sleep apnea yang punya kelebihan berat badan, menurunkan berat badan adalah salah satu cara yang sangat disarankan untuk mengatasi gangguan tidur tersebut.

Dengan menurunkan berat badan, pengidap sleep apnea bisa mengurangi timbunan lemak di leher dan perut, yang pada akhirnya dapat membantu menormalkan volume paru-paru dan meningkatkan traksi saluran napas. Dengan begitu,jalan napas tidak tersumbat ketika tidur. 

Jadi, menurunkan berat badan dapat mengatasi sleep apnea dan secara signifikan mengurangi banyak gejala terkait OSA, seperti kantuk berlebihan di siang hari, iritabilitas, dan disfungsi neuropsikiatri lainnya juga dapat mengalami perbaikan secara nyata. 

Namun, satu hal yang harus diingat, sleep apnea juga memiliki level keparahan. Apabila sudah berhasil menurunkan berat badan tapi masih mengalami gejala sleep apnea, kamu sangat disarankan untuk melakukan sleep test dan terapi CPAP. Untuk melakukan sleep test dan terapi CPAP, kamu bisa segera menghubungi Resindo Medika.

Resindo Medika yang merupakan distributor dan service center resmi ResMed di Indonesia. Resindo Medika melayani Sleep Diagnostic Test dengan akurasi tinggi menggunakan alat diagnostic berstandar Internasional. Setelah sleep test, kamu juga akan mendapatkan rekomendasi alat terapi CPAP terbaik yang paling tepat untukmu. Kamu bisa berbelanja secara online maupun berkunjung langsung ke Resindo Medika yang berlokasi di Jakarta Selatan untuk mendapatkan alat terapi CPAP terbaik.

× How can I help you?