Saat tidur otot-otot tubuh menjadi rileks termasuk otot tenggorokan. Apabila otot-otot ini terlalu rileks jaringan lunak pada bagian atas tenggorokan seperti lidah dan amandel dapat mengendur dan turun mempersempit saluran pernapasan. Akibatnya, udara sulit masuk dan muncul suara kasar yang disebut dengkuran.
Semakin kencang suara dengkuran menandakan semakin sempit saluran napas yang terjadi. Bahkan, pada kondisi parah saluran napas dapat tertutup sepenuhnya hingga udara tidak dapat masuk sama sekali dan napas berhenti.
Apabila henti napas terjadi, otak akan merespons dengan memberi instruksi pada tubuh untuk bangun, namun hanya sebatas sampai dapat bernapas lagi. Biasanya tubuh akan terbatuk atau tersedak tiba-tiba saat tidur agar saluran napas kembali terbuka dan udara dapat masuk dengan lancar.
Namun, ketika tubuh kembali tertidur, otot-otot akan mulai mengendur lagi, penyempitan saluran napas kembali terjadi, dan henti napas terulang. Hal inilah yang disebut dengan sleep apnea, satu kali henti napas dapat berlangsung selama ±10 detik dan terus terulang berkali-kali sepanjang malam.